Belum 19 Tahun, Sudah Menikah dan Hamil: Realita Banyak Perempuan RI

Jakarta, CNBC Indonesia-  Usia pernikahan dan melahirkan perempuan Indonesia terbilang sangat muda yakni 16-16,8 tahun.

Belakangan ini, media sosial khususnya TikTok, diramaikan oleh reaksi dari unggahan kompilasi foto atau video orang tua usia sangat muda yang melakukan aktivitas bersama bayinya.

Mulai dari mengajak bayi berusia satu bulan ke wahana permainan mandi bola hingga memberi makanan yang seharusnya baru dikonsumsi saat masa MPASI.

Fenomena ini memicu gelombang komentar warganet yang menyinggung satu isu mendasar: pentingnya menikah di usia yang cukup matang.

Namun, pertanyaan besarnya adalah, sejauh mana praktik pernikahan usia muda masih terjadi di Indonesia? Apakah menikah dan hamil di bawah umur memang sudah menjadi pengecualian, atau justru masih menjadi bagian dari realitas sosial yang cukup luas?

Masih banyak kelompok perempuan yang memasuki pernikahan dan kehamilan pertama di usia yang sangat muda bahkan sebelum genap 19 tahun.

Data Susenas Maret 2023-2025 yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan cerita bahwa perempuan yang menikah pada kelompok umur 15-19 tahun rata-rata memasuki pernikahan pertama di usia sekitar 16,8 tahun.

Angka ini nyaris tidak berubah selama tiga tahun terakhir. Pada 2025, rata-rata umur perkawinan pertama kelompok ini tercatat 16,83 tahun, menandakan bahwa praktik menikah di usia remaja masih bertahan dan belum mengalami pergeseran berarti.

Pola tersebut berlanjut ketika melihat usia kehamilan pertama. Pada kelompok umur yang sama, perempuan Indonesia rata-rata mengalami kehamilan pertama di usia sekitar 16,8-16,9 tahun.

Bahkan pada 2025, rata-rata umur kehamilan pertama kelompok 15-19 tahun masih berada di 16,81 tahun. Artinya, kehamilan terjadi sangat dekat dengan waktu perkawinan, dan berlangsung ketika perempuan masih berada pada fase remaja.

Berdasarkan hukum di Indonesia, umur nikah minimal untuk perempuan adalah 19 tahun, sama dengan laki-laki, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 yang mengubah Undang-Undang No. 1 Tahun 1974. Sebelumnya, batas usia perempuan adalah 16 tahun

Jika ditarik ke konteks wilayah, perempuan di perdesaan cenderung menikah dan hamil lebih muda dibandingkan perempuan di perkotaan. Pada 2025, rata-rata umur perkawinan pertama di perdesaan baru mencapai 20,46 tahun, tertinggal lebih dari satu tahun dibandingkan perkotaan yang sudah 21,76 tahun.

Kesenjangan serupa juga terlihat pada umur kehamilan pertama, memperlihatkan bahwa risiko perkawinan dan kehamilan usia muda masih lebih besar di wilayah perdesaan.

Faktor pendidikan muncul sebagai pembeda paling tegas. Semakin rendah pendidikan seorang perempuan, semakin muda pula usia saat menikah dan hamil pertama kali.

Pada 2025, perempuan yang tidak atau belum pernah sekolah rata-rata menikah pertama kali di usia 19,34 tahun, sementara perempuan lulusan perguruan tinggi baru menikah di usia 24,78 tahun. Selisih lebih dari lima tahun ini menunjukkan betapa kuatnya peran pendidikan dalam menunda perkawinan.

Pola yang sama terlihat pada kehamilan pertama. Perempuan berpendidikan perguruan tinggi rata-rata baru mengalami kehamilan pertama di usia 25,28 tahun, sedangkan perempuan berpendidikan SD atau tidak tamat SD masih berada di kisaran 20 tahun.

Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya berpengaruh pada kapan perempuan menikah, tetapi juga kapan mereka memasuki fase kehamilan.

Menariknya, meski menikah dan hamil di usia muda, sebagian besar perempuan Indonesia sudah melahirkan di fasilitas kesehatan. Pada 2025, sekitar 90,44% perempuan usia 15-19 tahun yang melahirkan dalam dua tahun terakhir tercatat menggunakan fasilitas kesehatan. Angka ini menunjukkan perbaikan akses layanan kesehatan, meski tidak serta-merta menghapus risiko kesehatan dan sosial dari kehamilan usia remaja.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)