Bisnis Mal Lagi Sulit, Bos Pengusaha Ungkap Kebiasaan Belanja Orang RI

7 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan mobil nasional di bulan April 2025 anjlok 27,8% dalam sebulan, jadi hanya 51.205 unit. Sebelumnya, mal-mal dan gerai ritel modern di Indonesia pun dilaporkan sepi lengang, satu per satu tenant tutup, bahkan ada yang harus hengkang dari Indonesia.

Tak hanya itu, pedagang di pusat-pusat perbelanjaan mengungkapkan, di momen Ramadan-Lebaran tahun 2025, omzet penjualan tak secemerlang yang diharapkan. Bahkan, cenderung sepi dan penjual menghabiskan banyak waktu menunggu pembeli.

Di tempat terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani mengatakan, daya beli orang Indonesia memang sedang ambruk. Hal inilah yang membuat pertumbuhan ekonomi RI tak sanggup capai 5%.

Benarkah demikian? Seperti apa sebenarnya kondisi riil kondisi ekonomi Indonesia?

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, kondisi Indonesia saat ini sedang dalam periode low season. Khususnya industri ritel yang sejak Lebaran selalu diikuti 'low season".

"Saat ini juga industri usaha ritel di Indonesia sedang mengalami tambahan periode low season karena Ramadan dan Idulfitri (Lebaran) datang lebih awal. Low season tahun ini jadi lebih panjang daripada tahun lalu," kata Alphonzus kepada CNBC Indonesia, Rabu (14/5/2025).

Dia menjelaskan, pertumbuhan tingkat kunjungan dan penjualan saat Ramadan-Lebaran tahun 2025 tidak setinggi biasanya, rata-rata kurang dari 10% dibandingkan tahun lalu.

"Daya beli masyarakat yang masih belum pulih dan pengetatan ataupun pemotongan anggaran yang dilakukan oleh pemerintah memengaruhi kinerja industri usaha ritel pada triwulan pertama tahun 2025 yang lalu," ucapnya.

"Dengan tidak maksimalnya kinerja pada saat Ramadan dan Idulfitri yang mana adalah merupakan " peak season, penjualan ritel di Indonesia maka hampir dapat dipastikan akan membuat tidak maksimalnya kinerja secara keseluruhan pada tahun 2025 ini," tambah Aplhonzus.

Karena itu, dia pun memperkirakan, secara keseluruhan pertumbuhan industri ritel nasional tahun 2025 kemungkinan hanya satu digit. Alias, diprediksi tidak akan terjadi pertumbuhan yang signifikan. 

Faktor Lain Berpengaruh

Alphonzus mengatakan, kondisi ekonomi bukan satu-satunya faktor yang menekan industri ritel nasional. Contohnya, kata dia, penutupan total dan permanen sejumlah bisnis hypermarket di Indonesia. 

"Kondisi tersebut di atas diperkirakan masih akan terus terjadi. Yang mana disebabkan oleh perubahan tren ataupun gaya berbelanja konsumen akibat telah terjadinya perubahan gaya hidup (life style) masyarakat terutama di kota-kota seperti salah satunya adalah Jakarta," terangnya.

"Dampak wabah pandemi Covid-19 juga telah memengaruhi gaya berbelanja masyarakat. Pada saat pandemi, masyarakat membeli kebutuhan hanya secukupnya dan seperlunya saja. Serta membeli di lokasi terdekat dengan rumah akibat pemberlakuan berbagai pembatasan oleh pemerintah," tambah Alphonzus. 

Padahal, sebelumnya masyarakat biasanya membeli kebutuhan dalam jumlah relatif cukup banyak. Seperti misalnya belanja mingguan dan belanja bulanan di hypermarket.

"Sekarang tren ini sudah jauh berkurang," ujarnya.


(dce/dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Ekonomi RI Melemah, 'Jajan Cantik' Warga Tetap Tinggi

Next Article Video: Ada PPN 12%, Nataru Sulit Dorong Ekonomi 2024 Capai Target 5,1%

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |