Guncangan Global Masih Ada, Investor Wajib Buka Mata Lebar-lebar

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada pekan depan, sentimen baik dari dalam maupun luar negeri akan memengaruhi pasar keuangan domestik.

Pada Senin (19/5/2025), Indeks Harga Konsumen (IHK) di Zona Eropa secara tahunan (yoy) untuk periode April 2025 akan dirilis dengan ekspektasi akan tetap di level 2,2% yoy.

Di Maret 2025, IHK Zona Eropa tumbuh 2,2% yoy atau sedikit lebih tinggi dibandingkan target Bank Sentral Eropa sebesar 2,0%.

Tidak hanya itu, pidato dari beberapa pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) (The Fed) juga patut diperhatikan serta rilis Indeks Leading AS, yang berpotensi memberikan wawasan tentang arah kebijakan moneter dan tren ekonomi di masa mendatang.

Beberapa pejabat The Fed tersebut antara lain, Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic yang mungkin memberikan petunjuk tentang arah kebijakan moneter ke depan.

Komentar Presiden Fed New York, John Williams, dapat memengaruhi sentimen pasar. Begitu pula dengan Gubernur Fed Jefferson.

Kemudian di Selasa (20/5/2025), akan ada rilis suku bunga acuan di China untuk LPR (Loan Prime Rate) satu dan lima tahun.

Bank Sentral China (PBoC) dijadwalkan mengumumkan suku bunga acuan pinjaman (Loan Prime Rates/LPR) pekan depan, dengan ekspektasi penurunan sebesar 10 basis poin (bps). Saat ini, LPR 1 tahun, yang menjadi acuan sebagian besar pinjaman baru, berada di 3,10%, sedangkan LPR 5 tahun, yang digunakan sebagai referensi suku bunga hipotek, berada di 3,60%.

Prediksi penurunan ini tidak mengejutkan karena sebelumnya Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, telah mengumumkan langkah-langkah pelonggaran kebijakan besar-besaran awal bulan ini.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Mei 2025 yang berlangsung pada Selasa dan Rabu pekan ini. Salah satu yang paling ditunggu-tunggu pelaku pasar adalah soal keptusan suku bunga acuan.

Terkhusus pada Rabu (21/5/2025), BI akan merilis suku bunga acuan yang early projection tampaknya akan ditahan di level 5,75%.

Untuk diketahui, pada April lalu, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 5,75%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Keputusan ini mencerminkan komitmen BI dalam menjaga stabilitas harga agar tetap berada dalam rentang target inflasi 2,5% ±1% untuk tahun 2025 dan 2026, sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang meningkat dan mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.

Selain suku bunga acuan, tingkat suku bunga fasilitas simpanan (deposit facility) dan fasilitas pinjaman (lending facility) juga tetap dipertahankan masing-masing pada level 5,00% dan 6,50%.

Apabila BI masih menahan suku bunganya, maka diharapkan foreign flow dapat lebih terjaga secara konsisten masuk ke pasar keuangan Tanah Air dan membuat rupiah menjadi lebih stabil meskipun hal ini perlu mengorbankan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kemudian pada Kamis (22/5/2025), berdasarkan kalender kegiatan BI, akan rilis perihal Neraca Pembayaran Indonesia kuartal I-2025 bersamaan dengan transaksi berjalannya.

Pada kuartal IV-2024 silam, defisit transaksi berjalan Indonesia menyusut menjadi US$ 1,15 miliar, turun dari US$ 1,38 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Ini merupakan defisit selama tujuh kuartal berturut-turut, namun menjadi yang terkecil dalam rangkaian tersebut, setara dengan 0,3% dari PDB nasional.

Secara tahunan, defisit transaksi berjalan melebar tajam sepanjang 2024 menjadi US$ 8,86 miliar (setara 0,6% PDB), dari US$ 2,04 miliar (0,1% PDB) pada 2023. Penyebab utama pelebaran defisit adalah penurunan surplus perdagangan akibat permintaan eksternal yang lemah, sementara permintaan domestik tetap kuat. Meskipun demikian, angka tersebut masih berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia, yaitu antara 0,1% hingga 0,9% dari PDB.

Terakhir pada Jumat (23/5/2025), BI kembali akan merilis data uang beredar (M2) untuk periode April 2025.

Sebelumnya, jumlah M2 Maret 2025 tumbuh 6,1% yoy menjadi Rp 9.436,4 triliun. Pertumbuhan ini sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,2% YoY.

Dengan lebih banyak uang beredar, masyarakat dan bisnis memiliki akses lebih besar terhadap kredit dan likuiditas. Ini dapat mendorong investasi, konsumsi, dan ekspansi bisnis, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |