Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor otomotif, khususnya produsen kendaraan listrik atau electric vehicle, bernafas lega seiring dengan kabar baik dari meja perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Kedua negara, minggu lalu, telah sepakat untuk menangguhkan tarif resiprokal dan fokus menyelesaikan negosiasi tarif dagang. AS memutuskan untuk menunda pengenaan tarif 145% untuk barang-barang dari China.
Nandi Julyanto, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMII), mengungkapkan jika berbicara kendaraan listrik, China menjadi kiblat utama.
"Jadi, kita bersyukur bahwa tim perunding China dan Amerika mendapatkan satu kesepakatan yang drastis ya," kata Nandi, dalam dialog Trump Effect yang diadakan oleh Kagama Leaders' Forum, Rabu (14/5/2025).
"Karena kalau tidak, produk China itu akan mengalir ke, kan di Eropa sudah diberi tarif yang tinggi. Nanti di Amerika diberi tarif yang tinggi. Mereka akan masuk ke negara-negara global short ini, termasuk Indonesia," papar Nandi.
Jika ini sampai terjadi, pasar Indonesia bisa dibanjiri oleh mobil China. Kendati ada risiko ini, Nandi menuturkan pilihan pembelian akan bergantung pada pembeli. Dia pun mencontohkan pasar Filipina yang diserbu mobil China. Namun, Filipina belum diserbu oleh mobil listrik. Hal ini karena energi listrik di negara tersebut masih terbatas, berbeda dari Indonesia.
"Tetapi perbedaannya Indonesia dengan Filipina, karena Filipina itu energinya masih kurang, masih shorted. Kalau kita kan di Jawa-Bali surplus ya untuk elektrik. Sehingga ke Filipina mereka tidak masuk dengan elektrik itu dengan baterai, tetapi masuk dengan hybrid," ujarnya.
Dengan adanya kondisi ketegangan perdagangan global ini, Nandi melihat akan ada keseimbangan baru. Sekali lagi, dia yakin pembeli akan menjadi penentu pasokan dan permintaan. Oleh karena itu, industri otomotif Tanah Air harus siap. Salah satunya dengan mencari destinasi ekspor kendaran.
"Jadi bagaimana demand supply ini akan ditentukan oleh customer. Tapi kita juga menyiapkan untuk destinasi ekspor-ekspor yang baru. Yang tentu bisa meningkatkan kapasitas produksi kita, sehingga meningkatkan ekonomi di Indonesia," kata Nandi.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: PEVS 2025 Didominasi Kendaraan Asal China
Next Article Video: Penampakan Mobil Terbang China, Full Elektrik Jangkauan 200 KM