Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) dan China sedang 'berperang' dalam memperebutkan dominasi di sektor teknologi, utamanya setelah kemunculan kecerdasan buatan (AI).
Namun, ternyata perang tak cuma berlaku antar-negara. Di dalam negeri, raksasa teknologi China juga 'berperang' untuk memenangkan perlombaan AI.
Raksasa teknologi Tencent dilaporkan melancarkan 'perang talenta' (talent war) dengan agresif membajak peneliti AI dari ByteDance, bahkan menawarkan gaji hingga dua kali lipat dari yang mereka terima saat ini.
Fenomena serupa juga terjadi di industri teknologi AS beberapa saat lalu, ketika Meta dilaporkan membajak karyawan dari OpenAI, untuk membangun divisi Superintelligence-nya.
Kembali ke situasi di China, menurut laporan The Information, Tencent menaikkan tawaran untuk para lulusan doktor baru dengan gaji 50% lebih tinggi dari standar industri.
Langkah ini dilakukan untuk memperkuat kapasitas riset perusahaan setelah model AI internalnya, HY, dinilai gagal bersaing di pasar.
Upaya Tencent bukan tanpa alasan. Sumber internal mengungkapkan para petinggi perusahaan semakin sadar bahwa kemampuan mengembangkan model AI secara mandiri merupakan kunci masa depan bisnis.
Presiden Tencent, Martin Lau, bahkan memberikan tekanan internal agar tim HY mempercepat peningkatan kinerja mereka.
Salah satu strategi penting yang dilakukan Tencent adalah merekrut Yao Shunyu dari OpenAI untuk memimpin perombakan besar-besaran tim AI tersebut. Yao kemudian bergerak cepat merekrut peneliti dari berbagai perusahaan, termasuk ByteDance.
Selain tawaran gaji tinggi, Tencent menggoda kandidat dengan janji fleksibilitas riset, struktur organisasi yang lebih datar, serta peluang berkontribusi lebih besar karena tim AI perusahaan sedang dibangun ulang.
Upaya ini juga bertujuan mengatasi masalah lama, struktur tim HY yang sebelumnya terfragmentasi dan menyebabkan pemborosan sumber daya karena persaingan proyek internal.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

20 hours ago
6

















































