Jakarta, CNBC Indonesia - Tak banyak orang yang bisa dibilang seberuntung warga Palembang satu ini. Bayangkan saja, dia mendapat hadiah berupa emas dan uang melimpah karena jasanya menyelamatkan nyawa cucu Raja Arab Saudi yang kelak naik takhta sebagai Raja Abdullah pada tahun 2005.
Cerita ini terjadi pada Oktober 1950 dan diceritakan langsung oleh ulama besar Indonesia, Abdul Malik Karim Amrullah alias Buya Hamka, dalam catatan perjalanan haji berjudul "Mandi Tjahaja di Tanah Sutji". Kala itu, Abdullah, cucu Raja Ibnu Saud (1932-1953), mengalami kecelakaan saat menunggang kuda.
Akibat jatuh dari pelana, kakinya patah. Para dokter di Makkah angkat tangan. Mereka menyimpulkan satu-satunya jalan adalah amputasi.
Jelas, berita ini membuat geger keluarga kerajaan. Sebab, Abdullah adalah calon pewaris takhta dan juga cucu kesayangan sang nenek yang bergelar Nifsyid Dunya atau "Separuh Dunia".
Namun, saat para dokter menunggu izin untuk menjalankan prosedur itu, datanglah seorang warga Palembang. Dia mengaku sebagai tabib, atau dalam penuturan Hamka, disebut dukun. Dia datang sendiri ke istana kerajaan untuk menawarkan bantuan tak lama mendengar kabar sakitnya Abdullah.
Awalnya, Sang Raja dan para dokter meragukannya. Apalagi si dukun dengan berani menjamin bahwa kaki Abdullah tak perlu diamputasi. Mereka skeptis karena secara medis pilihan amputasi dianggap satu-satunya jalan.
Namun, karena situasi yang genting dan tak ada lagi pilihan lain, permintaan sang dukun pun dituruti. Dia hanya meminta satu benda, yakni sebatang rotan.
Permintaan yang terdengar aneh bagi orang istana. Tapi rotan itu tetap diambilkan juga. Dengan rotan, si dukun mulai "mengobati". Dia memijat rotan seolah itu adalah kaki Abdullah. Sambil bermata terpejam dan mulutnya komat-kamit membaca doa, dia terus mengurut.
Abdullah sendiri menahan sakit luar biasa tanpa mengerang sedikit pun.
"Sebab mengaduh, memeking mengerang adalah pantang nian bagi darah Arab asli," tutur Hamka.
Proses ini berlangsung selama tiga hari penuh. Hasilnya? Kaki Abdullah pulih total. Tak jadi diamputasi. Namun, Raja Ibn Saud tetap curiga dan menduga warga Indonesia itu memakai sihir yang sangat diharamkan di Tanah Suci.
"Saya tidak ahli sihir [...] Amir seorang mulia, tanganku tidak boleh menyentuhnya. [...] Yang aku baca hanya doa kepada Tuhan, dengan iktikad yang putus, dengan tauhid yang khalis, tidak mengharap pertolongan dari yang lain," ungkapnya.
Mendengar penjelasan itu, Sang Raja pun lega. Dia lalu mengucapkan satu kata sakti: "Tamanna!".
Bila seorang raja telah berkata "Tamanna", maka seseorang boleh meminta apa saja. Mulai dari emas, harta, hingga jabatan. Semuanya akan dikabulkan. Tapi pria dari Palembang itu hanya menjawab dengan sederhana.
"Kesukaanku hanya satu. Lanjutlah usia Sri Baginda Raja!"
Akibat tak menjawab spesifik permintaan, raja menawarkan agar dukun itu menjadi kepala rumah sakit kerajaan di Makkah. Namun, tawaran ditolak mentah-mentah.
Pada titik inilah, Abdullah merasa harus balas budi seumur hidup. Sebab tanpa bantuan warga Palembang itu, jalan hidup Abdullah dan kerajaan akan berbeda. Apalagi, kelak sejarah akan mencatat Abdullah sebagai Raja Arab Saudi ke-6 (2005-2015). Tak bisa dibayangkan, jika penerus takhta kerajaan harus jatuh sakit.
Maka, setiap kali Abdulllah melihatnya di jalan, harta berupa uang atau emas langsung diberikan tanpa cuma-cuma. Warga Indonesia itu pun langsung kaya raya dan membelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari. Pada akhirnya, kisah warga yang tak disebutkan namanya itu menambah daftar panjang cerita sukses orang Indonesia di Arab Saudi.
Sejarawan Henry Chambert-Loir dalam Naik Haji di Masa silam: Kisah-kisah orang Indonesia Naik Haji 1482-1964 (2013) menyebut, pada dekade 1950-an, orang Indonesia banyak menorehkan catatan kesuksesan di Jazirah Arab.
Ada pemuda bernama Amir Hakim yang menjadi kepala tambang emas di Madinah. Ada juga Abdulatif Sijantan yang menjadi kepala cabang Bank of Indo-China di Arab Saudi. Selain itu ada juga yang diberi jabatan oleh Raja Ibnu Saud. Dia adalah Mustafa Guguk dari Sumatera Barat yang menjadi Kepala Polisi Riyadh usai menangkap budak yang lari dari istana.
Namun, itu semua tak ada yang lebih beruntung dari pria asal Palembang yang tak disebutkan namanya itu. Dia tak perlu kerja, tetapi terus menerima uang dan emas gratis dari Raja Arab Saudi.
(mfa/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global
Next Article Warga China Gasak Tambang Emas RI Sudah Sejak Lama, Tapi...